Ikaris dan Puisi-Puisi Lain


Anggur-Anggur
Jogja, 2023

dirimu berkerak baja dan menanam anggur
lalu menangis sejadinya semalaman
menyiasati takdir yang begini-begini saja

kemudian ketika pagi menjelang
dirimu menerobos kabut dan asap
mengisi palung-palung dengan doa

namun semua sia-sia
api dirimu tetap bahagia
dan anggurmu makin gemuk-gemuk

itu yang kau banggakan
padaku, pada mereka, pada kami semua

lalu kemana sia-sia itu?
dan kerak-kerak baja di tanganmu,
saat kau memamerkan anggurmu?

tak pernah penting lagi setelahnya, kan?


Ikaris dan Puisi-Puisi Lain
Temanggung, 2024

siapa yang tak bisa terbang?
dirimu memimpin dunia, berterbangan
di antara harap dan takut

lalu ada seorang anak lelaki
kamu meminta tolong kepadanya
untuk menjaga api unggun di pinggir
pantai, sambil menanti raksasa penghancur
datang
kamu memintanya berjaga

sementara dia menganggapmu dewa

dia lebih setia dari apa pun
dan waktu berjalan, lalu berjalan
dan terus berjalan

anak lelaki itu menginjak remaja
kemudian tiba-tiba menikah
memiliki anak
memiliki cucu
namun tetap setia menjaga api
di pinggir pantai

dan lalu mati

sementara itu kamu kembali
tidak menyadari si anak lelaki itu
kini anak dan cucunya menghampirimu
memaki dan murka karena kau telah
menghabiskan keimanan palsu
anak lelaki itu

lalu kamu tersadar,
anak lelaki itu menganggapmu dewa

lalu kamu tersadar,
bahwa kamu hidup abadi

lalu kamu tersadar,
manusia tidak hidup abadi

lalu kamu tersadar,
waktu beku di hadapanmu
dan hidup yang kadang
tak perlu diperjuangkan
sementara mereka perlu berjuang
atau waktu membunuh
perlahan

karena mereka menganggapmu dewa


Ratu Lebah Konifer 
Kaliurang, 2024

di ruangan ini ada sarang-sarang
lebah yang terbengkalai
si ratu beranak banyak 
dan nektar-nektar menetes
dalam dinding-dinding lembab

aku belajar kata baru
konifer
aku anggap itu cantik
serupa ratu-ratu lebah yang
dibuahi beramai-ramai

kemudian aku melihat ke jendela
di hadapanku ada lembah
kabut mulai turun
dan ratu lebah menanti
para jantan kembali ke sarang

ada konifer-konifer di lembah itu
sedikit demi sedikit terkikis kabut
hingga sebentar lagi hilang 
ditelan kabut lembah

sementara si ratu tetap saja menunggu
para jantan pulang
sambil meneteskan nektar-nektar 
di sisi dinding-dinding lembab





Comments